Pertanyaan
Apakah benar bahwa ayat-ayat Al-Qur’an adalah hasil menjiplak dari Bibel?
Dijawab Oleh Dr. Zakir Naik dari irf.net
Banyak kritikus mengatakan bahwa Nabi Muhammad (saw) bukanlah penulis Qur'an melainkan dia menjiplak atau mengadaptasinya dari literatur-literatur lainnya atau dari kitab suci sebelumnya.
1. Muhammad belajar Qur'an dari seorang pandai besi Romawi yang beragama Kristen
Beberapa orang kafir menuduh Nabi Muhammad s.a.w belajar Qur'an dari seorang pandai besi Romawi, yang beragama Kristen dan tinggal di pinggiran kota Mekkah. Nabi Muhammad s.a.w sangat sering pergi dan mengamati pandai besi tersebut melakukan pekerjaannya. Sebuah wahyu Qur'an pun turun untuk membantah tuduhan ini. Allah berfirman dalam surat an-Nahl[16]: 103:
"Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Al Qur'an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)". Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya adalah bahasa 'Ajam, sedang Al Qur'an adalah dalam bahasa Arab yang terang." [Qs. 16: 103]
Bagaimana mungkin orang yang berbahasa asing dan hampir tidak bisa bahasa Arab mengajarkan Nabi Muhammad untuk menulis Al-qur'an yang berbahasa Arab murni dan fasih? Mempercayai bahwa seorang pandai besi Romawi mengajarkan Nabi Muhammad menulis Qur’an sama saja dengan percaya bahwa seorang imigran Cina yang tidak tahu bahasa Inggris mengajarkan Shakespeare caranya menulis literatur-literatur berbahasa Inggris.
2. Muhammad (saw) belajar dari Waraqah - kerabat Khadijah (ra)
Hubungan Nabi Muhammad (saw) dengan para pemuka agama Yahudi dan Kristen sangat sedikit. Tokoh Kristen yang paling terkenal adalah seorang buta bernama Waraqah bin Naufal yang merupakan kerabat Khadijah (ra), istri Nabi Muhammad (saw). Meskipun keturunan Arab, namun dia adalah seorang Kristen. Nabi Muhammad (saw) hanya bertemu dengannya sebanyak dua kali. Pertama, ketika Waraqah beribadah di Ka'bah (sebelum Nabi Muhammad menjadi nabi) dan ketika itu Waraqah mencium kening Nabi Muhammad (saw). Yang kedua adalah ketika Nabi Muhammad (saw) pergi menemui Waraqah setelah menerima wahyu pertama. Waraqah meninggal tiga tahun kemudian sementara wahyu terus-menerus turun kepada Nabi Muhammad selama periode 23 tahun. Dengan demikian, hal ini menepis anggapan bahwa Waraqah adalah sumber dari isi Al-Qur’an.
3. Diskusi agama Nabi Muhammad (saw) dengan orang-orang Yahudi dan Kristen
Memang benar bahwa Rasulullah berdiskusi agama dengan orang-orang Yahudi dan Kristen, tetapi diskusi ini baru terjadi di kota Madinah, yakni lebih dari 13 tahun setelah wahyu Qur’an yang pertama diturunkan. Tuduhan bahwa orang-orang Yahudi dan Kristen menjadi sumber dari Qur’an adalah tidak berdasar, karena dalam diskusi ini Nabi Muhammad-lah yang mengajarkan dan mengundang mereka masuk Islam, BUKAN sebaliknya dimana mereka mengajarkan Nabi Muhammad tentang agama mereka. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah menyimpang dari ajaran-ajaran mereka yang sebenarnya (menyembah Tuhan Yang Maha Esa). Beberapa orang Yahudi dan Kristen ini kemudian masuk Islam.
4. Rasulullah belajar Qur'an dari orang-orang Yahudi dan Kristen yang ia temui di luar Arab
Semua catatan sejarah menunjukkan bahwa Muhammad (saw) hanya tiga kali melakukan perjalanan ke luar Mekkah sebelum kenabiannya:
- Pada usia 9 ia menemani ibunya ke Madinah.
- Antara usia 9 dan 12, ia menemani pamannya (Abu Thalib) dalam perjalanan bisnis ke Suriah.
- Pada usia 25 ia memimpin kafilah Khadijah r.a ke Suriah.
Jadi adalah suatu hal yang sangat tidak masuk akal ketika beranggapan bahwa Qur'an dikarang berdasarkan dari pertemuan dengan orang-orang Kristen atau Yahudi hanya dengan tiga kali perjalanan seperti dijelaskan di atas.
5. Alasan logis untuk membuktikan bahwa Rasulullah tidak belajar Qur'an dari orang-orang Yahudi atau Kristen
- Hari-hari kehidupan Nabi Muhammad s.a.w senantiasa diperhatikan oleh orang-orang. Bahkan sebuah wahyu pun turun agar orang-orang memberikan Rasulullah (saw) waktu sendiri di rumahnya. Jika Rasulullah bertemu orang-orang yang memberitahunya apa yang harus dikarangnya tentang Quran, hal ini tidak akan bisa disembunyikan untuk waktu yang lama.
- Para bangsawan Quraisy yang masuk Islam adalah orang-orang yang bijak dan cerdas yang akan dengan mudah melihat sesuatu yang mencurigakan tentang bagaimana cara Rasulullah menyampaikan wahyu kepada mereka. Apalagi misi kenabian Rasulullah berlangsung selama 23 tahun.
- Musuh-musuh Rasulullah terus mengamati dirinya untuk membuktikan bahwa Rasulullah adalah pembohong, namun mereka tidak bisa menunjukkan bahkan satu kejadian saja dimana Rasulullah melakukan pertemuan rahasia dengan orang-orang Yahudi atau orang Kristen tertentu.
- Tidak mungkin apabila memang Quran ditulis oleh manusia, maka manusia yang menulis Quran tersebut tidak menerima imbalan apa-apa padahal dia telah menulis Quran yang merupakan sebuah mahakarya yang begitu hebat.
Dengan demikian, secara historis dan logis tidak mungkin manusia yang menciptakan ayat-ayat Qur’an.
6. Muhammad (saw) adalah seorang buta huruf
Teori bahwa Muhammad (saw) menulis qur'an atau menyalinnya dari sumber lain dibantah oleh fakta bahwa ia buta huruf.
Allah bersaksi dirinya di qur'an di surah al-Ankabut[48]: 29
"Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Qur'an) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu)." [Al-qur'an 29:48]
Allah (swt) tahu bahwa akan ada banyak orang yang meragukan keaslian Qur'an dan menganggapnya sebagai karangan nabi Muhammad (saw). Oleh karena itu Allah Yang Maha Bijaksana menjadikan nabi terakhir dan penutup sebagai seorang 'ummi' (buta huruf), sehingga orang-orang tidak akan bisa sedikit pun meragukan keaslian Quran. Tuduhan dari musuh-musuhnya bahwa ia telah menyalin Qur'an dari sumber lain tidak berdasar. Bahkan Allah memberikan bukti-bukti lainnya bahwa memang Nabi Muhammad adalah seorang nabi penutup dan terakhir.
Allah menegaskan dalam Qur'an di surat al-A'raf[157]: 7
"(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi (buta huruf) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka."
Nubuat tentang kedatangan seorang nabi yang buta huruf (Muhammad saw) juga disebutkan dalam Bibel di kitab Yesaya 29:12.
"dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca." [Yesaya 29:12]
Qur'an berfirman sebanyak 4 kali bahwa Rasulullah (saw) buta huruf. Contohnya adalah dalam surat A'raf[158]: 7 dan dalam surat al-Jumu'ah[62]: 2
7. Tidak adanya versi Arab dari Bibel
Bibel versi Arab tidak ada pada saat Nabi Muhammad (saw) masih hidup. Perjanjian Lama Versi Arab tertua ditulis oleh Saadias Gaon pada tahun 900 M (lebih dari 250 tahun setelah kematian Rasulullah (saw) tercinta). Versi Arab dari Perjanjian Baru tertua ditulis oleh Erpenius pada tahun 1616 M (sekitar seribu tahun setelah kematian Rasulullah (saw) tercinta).
8. Kesamaan Qur'an dan Bibel karena sumber yang sama
Kesamaan antara Qur'an dan Bibel tidak berarti bahwa Qur’an menyalin dari Bibel. Bahkan kesamaan ini membuktikan bahwa keduanya berasal dari sumber yang sama. Dan memang semua wahyu ilahi berasal dari sumber yang sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Tidak peduli perubahan dan kerusakan apakah yang telah terjadi dalam kitab suci Judeo-Kristen ini dan beberapa kitab suci lainnya yang lebih tua, namun masih ada beberapa ayat yang masih asli dan dengan demikian memiliki kesamaan dengan agama-agama lainnya. Memang benar bahwa ada beberapa kesamaan antara Qur'an dan Bibel tapi ini tidak cukup untuk menuduh Muhammad (saw) telah menyalinnya dari Bibel. Logika yang sama dengan demikian juga bisa diterapkan untuk ajaran Kristen dan Yudaisme, dimana seseorang bisa saja menuduh bahwa Yesus (as) bukanlah seorang nabi yang sebenarnya (nauddzubillah) dan bahwa ia hanya menyalin dari Perjanjian Lama.
Kesamaan di antara keduanya menandakan bahwa sumbernya sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan kelanjutan tentang pesan dasar tauhid (beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa). Ini tidak berarti bahwa para nabi yang datang di zaman kemudian menjiplak dari para nabi sebelumnya.
Jika seseorang selama ujian telah mencontek dari orang lain, tentunya dia tidak akan menulis di lembar jawabannya bahwa ia telah menyalin dari temannya, misalnya Mr. Xyz. Namun di dalam Al-Qur’an kita menemukan ayat-ayat yang memberikan salam dan penghormatan kepada semua nabi sebelumnya. Qur'an juga menyebutkan berbagai wahyu yang diberikan oleh Tuhan kepada para nabi sebelumnya.
9. Muslim beriman pada Taurat, Zabur, Injil dan Quran
Ada empat wahyu Tuhan yang disebutkan namanya dalam Qur'an yaitu: Taurat, Zabur, Injil dan Quran.
- Taurat, yaitu wahyu yang diberikan kepada Musa (as).
- Zabur, yaitu wahyu yang diberikan kepada Daud (as).
- Injil, yaitu wahyu yang diberikan kepada Yesus / Isa (as).
- Al-Qur'an yaitu wahyu yang diberikan kepada nabi penutup dan terakhir Muhammad (saw).
Merupakan kewajiban bagi setiap Muslim untuk beriman pada semua nabi Tuhan dan semua wahyu Tuhan. Meski begitu, Bibel yang kita miliki sekarang terdiri dari lima kitab Perjanjian Lama yang dikaitkan dengan Musa sementara Mazmur dikaitkan dengan Daud. Lebih lanjut, keempat Injil (Gospel) dari Perjanjian Baru bukanlah Taurat, Zabur, atau Injil yang dimaksud oleh Quran. Kitab-kitab Bibel yang ada sekarang mungkin berisi sebagian dari firman Tuhan tapi kitab-kitab ini bukanlah wahyu yang akurat dan asli seperti yang telah diberikan kepada para nabi.
Qur'an menjelaskan bahwa semua nabi yang diutus Tuhan mempunyai misi kenabian yang sama dan pesan dasar yang sama. Karena itu, ajaran-ajaran fundamental dari mereka tidak bisa saling bertentangan, meskipun telah berlalu periode waktu yang cukup lama antara nabi sebelumnya dengan nabi selanjutnya. Hal ini karena sumber dari misi ini hanya satu: Tuhan Yang Maha Esa. Inilah sebabnya Qur'an berfirman bahwa perbedaan yang ada di antara berbagai agama bukanlah tanggung jawab para nabi, melainkan para pengikut nabi-nabi tersebut yang melupakan bagian-bagian yang telah diajarkan pada mereka, dan lebih jauh lagi, mereka menyalah artikan dan mengubah kitab suci tersebut. Dengan demikian Qur'an tidak bisa dipandang sebagai kitab suci yang berkontradiksi dengan ajaran Musa, Yesus / Isa, dan nabi-nabi lainnya. Sebaliknya, Qur’an menegaskan, melengkapi, dan menyempurnakan pesan yang mereka bawa kepada kaum mereka.
Nama lain untuk Qur'an adalah 'Furqan' yang berarti tolak ukur untuk menilai yang benar dan salah, dan atas dasar itulah dengan Quran kita dapat menganalisis bagian-bagian dari kitab suci sebelumnya yang dapat dianggap sebagai firman Tuhan.
10. Perbandingan ilmiah antara qur'an dan Alkitab
Jika Anda melihat Bibel dan Qur'an secara sekilas, Anda mungkin menemukan beberapa hal yang sama dalam keduanya, tetapi ketika Anda menganalisis dengan teliti dan cermat, Anda menyadari bahwa ada perbedaan di antara keduanya. Hanya berdasarkan rincian sejarah, sulit bagi seseorang yang tidak terlalu paham dengan Kekristenan atau Islam untuk menyimpulkan manakah kitab suci yang benar. Namun jika Anda menganalisis kedua kitab suci ini dengan pengujian ilmiah, Anda akan menyadari mana yang benar di antara keduanya.
Penciptaan alam semesta dalam enam hari
Dalam Bibel, kitab Kejadian bab 1 menjelaskan tentang penciptaan alam semesta dalam enam hari dikali 24 jam. Di sisi lain, Qur'an menjelaskan bahwa alam semesta diciptakan dalam enam ‘ayyaam.’ Kata ayyaam memiliki dua makna: Pertama, ini bisa berarti sehari dikali dua puluh empat jam. Atau yang kedua, kata ini juga bisa berarti sebuah periode atau zaman yang merupakan jangka waktu yang sangat lama. Ketika Qur'an menjelaskan bahwa alam semesta diciptakan dalam enam 'ayyaam', hal ini berarti bahwa langit dan bumi diciptakan dalam enam periode yang panjang atau zaman. Dan para ilmuwan di zaman sekarang tentu tidak keberatan dengan pernyataan ini. Sains modern memberitahu kita bahwa penciptaan alam semesta terjadi dalam miliaran tahun, dan hal ini bertentangan dengan Bibel yang menyatakan bahwa penciptaan alam semesta terjadi dalam enam hari dikali dua puluh empat jam.
Matahari diciptakan setelah siang
Bibel menjelaskan dalam Kejadian 1: 3-5 bahwa fenomena siang dan malam diciptakan Tuhan pada hari pertama. Cahaya yang beredar di alam semesta adalah hasil dari reaksi yang rumit pada bintang-bintang. Dan menurut Bibel, bintang-bintang ini diciptakan pada hari keempat (Kejadian 1: 14-19). Jadi penjelasan Bibel ini tidak logis dan tidak ilmiah, dimana Bibel menyebutkan bahwa hasilnya (fenomena siang dan malam) diciptakan pada hari pertama sementara penyebabnya (sumber cahayanya) diciptakan tiga hari kemudian. Selain itu keberadaan siang dan malam sebagai pertanda hari hanya bisa terjadi setelah bumi diciptakan dan rotasinya mengelilingi matahari. Berbeda dengan Bibel dalam masalah ini, Qur'an tidak memberikan urutan ilmiah dalam penciptaan. Oleh karena itu benar-benar tidak masuk akal untuk mengatakan bahwa Muhammad Nabi (saw) menyalin ayat-ayat yang berkaitan dengan penciptaan alam semesta dari Bibel tapi tidak ikut menyalin kesalahan ilmiah yang tercantum dalam Bibel. Penciptaan matahari, bumi dan bulan
Menurut Bibel, kitab Kejadian 1: 9-13, bumi diciptakan pada hari ketiga, dan ayat 14-19 mengatakan matahari dan bulan diciptakan pada hari keempat. Bumi dan bulan adalah bagian dari tubuh induk, yaitu matahari. Bumi dan bulan tidak mungkin eksis sebelum adanya matahari. Oleh karena itu penciptaan matahari setelah diciptakannya bumi bertentangan dengan fakta ilmiah tentang pembentukan tata surya.
Tumbuh-tumbuhan diciptakan pada hari ketiga dan matahari pada hari keempat
Menurut Bibel, kitab Kejadian 1: 11-13, tumbuh-tumbuhan diciptakan pada hari ketiga berupa tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, dan segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji. Dan selanjutnya ayat 14-19 mengatakan bahwa matahari diciptakan pada hari keempat. Bagaimana mungkin tumbuh-tumbuhan bisa hidup tanpa kehadiran matahari, seperti yang disebutkan Bibel? Jika nabi Muhammad (saw) memang penulis Qur'an dan telah menyalin isinya dari Bibel, bagaimana mungkin dia bisa menghindari kesalahan ilmiah yang terdapat dalam Bibel? Jika kita menganalisis dengan mendalam, Qur'an tidak mengandung ayat-ayat yang tidak sesuai dengan fakta-fakta ilmiah.
Matahari dan bulan memancarkan cahaya
Menurut Bibel, baik matahari dan bulan memancarkan cahaya mereka sendiri. Dalam kitab Kejadian 1: 16 dikatakan, “Maka Tuhan menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar (matahari) untuk menguasai siang dan yang lebih kecil (bulan) untuk menguasai malam.”
Ilmu pengetahuan modern memberitahu kita bahwa bulan tidak memiliki cahaya sendiri. Cahaya bulan berasal dari pantulan cahaya matahari. Penjelasan ini sama dengan penjelasan Al-Qur’an bahwa cahaya bulan adalah cahaya yang dipantulkan. Bagaimana mungkin 1.400 tahun yang lalu, Nabi Muhammad (saw) mengoreksi kesalahan ilmiah dalam Bibel tentang cahaya bulan ini, dan dia tidak ikut menyalin bagian yang salah tersebut? Ini adalah suatu hal yang mustahil.
11. Adam (as) manusia pertama di bumi yang hidup 5.800 tahun yang lalu
Sebagaimana silsilah Yesus Kristus yang dijelaskan dalam Bibel, dari Yesus menuju ke Abram / Ibrahim (as) sampai kepada manusia pertama di bumi yaitu Adam (as), diketahui bahwa Adam hidup di bumi sekitar 5.800 tahun yang lalu:
- 1948 tahun jarak antara Adam (as) dan Abram (as)
- Sekitar 1800 tahun jarak antara Abram (as) dan Yesus (as)
- 2000 tahun dari Yesus (as) sampai masa sekarang
Bukti-bukti yang kuat dari sumber arkeologi dan antropologi menunjukkan bahwa manusia pertama hadir di bumi sekitar puluhan sampai ratusan ribu tahun yang lalu dan bukanlah 5.800 tahun yang lalu seperti yang dikemukakan oleh Bibel. Angka-angka ini bahkan semakin membuat kita bingung karena faktanya kalender Yahudi sudah ada sekitar 5.800 tahun yang lalu.
Qur'an juga membahas tentang Adam (as) sebagai manusia pertama di bumi tetapi tidak menyebutkan tanggal atau periode kehidupannya di bumi seperti Bibel. Apa yang dikatakan Bibel dalam hal ini benar-benar tidak ilmiah.
12. Nuh (as) dan banjir
Penjelasan Bibel tentang banjir yang melanda Nuh (as) dan kaumnya terdapat dalam kitab Kejadian 6: 7-8 yang menunjukkan bahwa banjir itu melanda seluruh dunia dan menghancurkan setiap makhluk hidup di bumi, kecuali mereka yang menaiki bahtera Nuh (as). Penjelasan Bibel menunjukkan bahwa peristiwa itu terjadi 1.656 tahun setelah masa Adam (as) atau 292 tahun sebelum kelahiran Abram / Ibrahim, pada saat Nuh (as) berusia 600 tahun. Dengan demikian banjir ini kemungkinan terjadi pada tahun 21 atau 22 SM.
Kisah banjir ini, seperti yang dijelaskan dalam Bibel, bertentangan dengan bukti-bukti ilmiah dari sumber arkeologi yang menunjukkan bahwa dinasti kesebelas di Mesir dan dinasti ketiga di Babilonia terus eksis tanpa pernah menghilang dalam peradaban dan tampak bahwa tidak ada bencana alam besar yang terjadi di abad ke-21 SM. Ini bertentangan dengan penjelasan Bibel bahwa seluruh dunia telah terendam banjir. Berbeda dengan ini, penjelasan dari Quran tidak bertentangan dengan bukti ilmiah atau data-data arkeologi. Pertama, Qur'an tidak menunjukkan tanggal tertentu atau tahun terjadinya peristiwa itu. Dan kedua, menurut Qur'an, banjir yang melanda Nuh (as) dan kaumnya bukanlah bencana universal yang melanda seluruh muka bumi. Bahkan Qur'an secara khusus menyebutkan bahwa banjir itu adalah musibah lokal yang hanya melanda kaum Nuh (as).
Dengan begitu, tidak logis untuk berasumsi bahwa Muhammad Rasulullah (saw) telah menyalin kisah banjir dari Bibel dan mengoreksi kesalahan yang ada di dalamnya lalu mengemukakan yang benar melalui Quran.
13. Musa (as) dan Firaun
Kisah Musa (as) dan Firaun sangat mirip antara Qur'an dan Bibel. Kedua kitab suci ini menjelaskan bahwa Firaun tenggelam ketika ia mencoba untuk mengejar Musa (as) dan memimpin pasukan Israel menyeberangi hamparan air di hadapan mereka. Qur'an memberikan informasi tambahan di surat Yunus[10]: 92
"Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami!" [Al-Qur'an 10:92]
Dr Maurice Bucaille, setelah melakukan penelitian yang mendalam membuktikan bahwa meskipun Ramses II diketahui telah menganiaya orang Israel sesuai dengan Bibel, ia benar-benar meninggal saat Musa (as) tinggal di daerah Madian. Putra dari Ramses II, Merneptah yang menggantikannya sebagai Firaun tenggelam ketika mengejar Musa dan kaumnya. Pada tahun 1898, tubuh mumi Merneptah ditemukan di lembah raja-raja di Mesir. Pada tahun 1975, Dr. Maurice Bucaille dengan dokter-dokter lainnya mendapat izin untuk memeriksa mumi Merneptah. Temuannya membuktikan bahwa Merneptah meninggal karena tenggelam. Dengan demikian ayat Alquran yang berbunyi “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran...”, telah terbukti karena jasad Firaun tersebut sekarang tersimpan di ruang royal mummies di museum Kairo, Mesir.
Ayat Qur'an tersebut membuat Dr. Maurice Bucaille, yang tadinya adalah seorang Kristen, kemudian mempelajari Qur'an. Dia kemudian menulis sebuah buku berjudul the Bible, the Qur’an and Science ', dan mengakui bahwa tidak mungkin manusia yang menulis Qur'an. Penulisnya pastilah Tuhan. Karenanya ia memeluk Islam.
14. Qur'an adalah kitab dari Allah
Bukti-bukti ini cukup untuk menyimpulkan bahwa Qur'an tidak menyalin dari Bibel, melainkan Qur'an adalah Furqaan – tolak ukur untuk menilai yang benar dan salah. Quran bisa digunakan untuk meneliti ayat-ayat mana dari Bibel yang kemungkinan memang benar-benar firman Tuhan.
Tuhan sendiri bersaksi dalam surat Sujud[32]: 1-3
“Alif Lam Mim. Turunnya Al-Quraan yang tidak ada keraguan di dalamnya, (adalah) dari Tuhan semesta alam.
Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan: "Dia Muhammad mengada-adakannya." Sebenarnya Al-Quraan itu adalah kebenaran dari Rabbmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk." [Al-Qur'an 32: 1-3]