Kisah Syaikh Abdul Qadir Jailani menghidupkan orang mati di depan pendeta nasrani sehingga pendeta ini masuk Islam, karena terbukti bahwa Nabi Muhammad lebih agung dari Nabi yang diutus kepada Kaum Nasrani. Seorang Wali Allah dalam ummat Nabi Muhammad SAW saja bisa melakukan apa yang dilakukan Nabi Isa AS, meskipun derajat Kenabian lebih tinggi dari derajat Wali.
Beliau adalah seorang ulama besar sehingga suatu kewajaran jika sekarang ini banyak kaum muslimin menyanjungnya dan mencintainya. Sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syaikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai wasilah (perantara) dalam do’a mereka. Karena tawasul adalah salah satu Sunnah nabi SAW sebagaimana Nabi Adam bertawasul dengan Nabi Muhammad. Klik di sini untuk membaca selengkapnya.
Kelahirannya
Syaikh Abdul Qadir adalah seorang ‘alim di Baghdad yang lahir pada tahun 490/471 H di kota Jailan atau disebut juga Kailan. Sehingga di akhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al Jiliy.
Pendidikannya
Pada usia yang masih muda beliau telah merantau ke Baghdad dan meninggalkan tanah kelahirannya. Di sana beliau belajar kepada beberapa orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthath, Abul Husein Al Farra’ dan juga Abu Sa’ad Al Mukharrimi sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama.
Dakwahnya
Beliau berdakwah lebih dari 25 tahun seorang diri, meninggalkan kampung halaman, berjalan dari kampung ke kampung, melintasi hutan, gurun pasir, sungai, menjumpai umat mendakwahkan kalimat Tauhid. Dalam perjalanan dakwah belaiu inilah banyak karamah-karamah (kemulian yang luar biasa) yang diceritakan dalam kitab manaqib yang ditulis oleh murid murid beliau yang terpercaya.
Suatu ketika Abu Sa’ad Al Mukharrimi membangun Madrasah kecil di sebuah daerah yang bernama Babul Azaj dan pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada Syaikh Abdul Qadir (setelah beliau kembali dari dakwah selama 25 tahun tsb). Beliau mengelola Madrasah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim di sana sambil memeberikan nasehat kepada orang-orang yang ada di sana, sampai beliau meninggal dunia di daerah tersebut.
Banyak sudah orang yang bertaubat melaui nasihat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke Madrasah beliau. Sehingga Madrasah ini tidak muat menampung semuanya. Maka diadakan perluasan.
Imam Adz Dzahabi ketika menyebutkan biografi Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A’lamin Nubala, menukilkan perkataan Syaikh sebagai berikut, “Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat.”
Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama terkenal, seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Ibnu Qudamah penyusun kitab fiqh terkenal Al Mughni.
kefahaman beliau sangat tinggi dalam ilmu agama, kepedulian beliau untuk ummat sangat mendalam. membuat beliau sanggup mengorbankan harta dan dirinya untuk mendakwahkan agama Allah.
Tidak perlu heran jika Allah berikan pada wali-wali Allah dari kalangan umat akhir zaman yang terkadang sama seperti mukjizat nabi nabi zaman bani israil. Karena tugas umat Nabi Muhammad adalah sama dengan tugas Nabi Muhammad dan Nabi-nabi lainnya yaitu berdakwah kepada umat seluruh alam sampai hari kiamat. Maka wajar jika pertolongan yang Allah berikan sama atau bahkan lebih besar dari mukjizat nabi-nabi bani israil yang hanya berdakwah di satu kaum yaitu kaum bani israil saja bukan untuk umat seluruh alam.
seperti kisah syaikh abdul Qadir, dengan karamahnya beliau saat diganggu oleh iblis, beliau terbang di depan murid-muridnya, menghidupkan orang mati di depan pendeta nasrani shg pendeta ini masuk islam.
Beliau memanggil burung yang sudah ia masak dan ia makan, dan burung itu hidup kembali. Beliau memnaggil burung tsb dgn membaca ayat tentang Nabi Ibrahim memanggil kembali burung yang sudah nabi ibrahim potong-potong dan diletakan di atas gunung-gunung. Banyak sekali karamah-karamah yang Allah berikan padanya. Dan itu semua adalah mungkin dan tidak mustahil karena allah maha kuasa dan maha berkehendak.
Wafatnya
Beliau Wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi’ul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj.
Pendapat Para Ulama tentang Beliau
Ketika ditanya tentang Syaikh Abdul Qadir Al jailani, Ibnu Qudamah menjawab, “Kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Beliau menempatkan kami di Madrasahnya. Beliau sangat perhatian kepada kami. Kadang beliau mengutus putra beliau Yahya untuk menyalakan lampu buat kami. Terkadang beliau juga mengirimkan makanan buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu.”
Ibnu Rajab di antaranya mengatakan, “Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para syaikh, baik ulama dan para ahli zuhud. Beliau memiliki banyak keutamaan dan karamah.
Ibnu Rajab juga berkata, “Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki pendapat yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala, takdir, dan ilmu-ilmu ma’rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan perkara-perkara yang banyak berkaitan dengan nasehat dari majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang pada sunnah. “
Imam Adz Dzahabi mengatakan, “intinya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki kedudukan yang agung”.
Imam Adz Dzahabi juga berkata, “Syaikh Abdul Qadir Aljailani meiliki karamah yang sangat hebat dan banyak”
AQIDAH SYAIKH ABDUL QADIR JAILANI SAMA DENGAN AQIDAH IMAM ADZAHABI YAKNI MENAFIKAN TEMPAT DAN ARAH PADA ALLAH SWT, Lihat kitab Imam adzahabi , beliau tidak mensifati Allah dengan sifat makhluq, tidak mensifati Allah dgn tempat dan arah, tidak mensifati Allah dgn sifat duduk, berdiri, berlari-lari kecil dan sebagainya.
Sumber | republished by
(YM) Yes Muslim !